Tanggal Publikasi: December 11, 2020
Dilihat: 370 tayangan
Tag: Prestasi
Membagikan Tautan:
https://ppitchengdu.ppitiongkok.org/edy-panjaitan-mengharumkan-nama-bangsa-dengan-lantunan-piano-nya/
Pianis Edy Rapika Panjaitan menjuarai ajang “China-Germany Pioneer International Youth Art Competition” di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok. Ia mendapat skor tertinggi yaitu 96 untuk kategori remaja.
Kak Edy adalah sarjana cum laude di bidang musik Universitas Negeri Medan yang kini mengambil program master di College of China and ASEAN Arts di Chengdu, di bawah bimbingan Prof Patrick Lechner dari Austria. Usianya sekarang 25 tahun, dan ia mulai mendalami dunia permusikan di umur 17 tahun.
Penampilannya di “China-Europe Consular Meeting” pada Januari lalu membuat ia mendapatkan undangan kehormatan dari Konsul Jenderal Jerman di Chengdu Robert Von Rimscha untuk tampil tunggal di depan para tamu undangan VIP yang terdiri dari para konjen, diplomat, profesor, pemain orkestra, seniman, awak media, akademisi, dan pebisnis dari 11 negara. Selain itu, ia juga beberapa kali mengikuti ajang kompetisi tersebut di Chengdu sebelum lolos ke putaran final yang digelar di Qingdao Grand Theatre. (Source: Antara News)
Keren kan, Chengdu-ers? Penasaran gimana perjalanan kak Edy sebagai musisi? Yuk kita dengar ceritanya!
“Sedikit bercerita, perjalanan bermusik saya sepertinya tidak mungkin, mana mungkin anak kampung pada saat itu kenal piano, apalagi dengan latar belakang keluarga yang sangat terbatas finansial. Saya pikir setiap orang sudah diatur jalannya oleh sang Pencipta.
Awalnya sejak kecil saya sudah mulai peka mendengar dan menirukan bunyi musik, seperti lagu Fur Elise saya mendengar di piano mini (1 oktave) dan menirukan bunyinya. Saya juga awalnya bisa membaca not angka belajar otodidak dipandu abang saya yang sudah les duluan, karna dia akan kuliah saya menggantikannya bermain musik digereja. Bapak dan opung saya juga suka musik, bisa nyanyi dan main gitar. Mungkin bisa dibilang bakat turunan, bakat tanpa passion tidak bisa jadi, saya pun memulai menekuni minat saya.
Saya mendapat kesempatan memulai les piano di bangku kelas 1 SMA, usia 17. Pada waktu itu saya menemukan tempat les yang jauh dari kampung saya kira-kira menuju 1 jam perjalanan ke kota Kisaran. Abang saya pernah les keyboard ditempat yang sama namun sudah berubah menjadi les piano klasik. Karena penasaran, saya langsung mendengar anak yang ternyata masih berumur 8 thn itu lihai sekali bermain piano, saya sangat terinspirasi oleh bocah itu , Jeremy Zultan namanya. Saya pun mulai berniat les dan berbincang dengan gurunya.
Perjalanan les saya dengan guru bernama Sir Jusuf Sudjono yang hebat dan murah hati. Les saya tidak rutin sebulan mungkin hanya satu atau dua kali karna terbatas biaya. Di kelas 2 SMA saya sempat berhenti karna tidak sanggup.
Suatu hari saya bermain kerumah anak tersebut, ingin meminta music sheet yang pernah dia mainkan, yaitu Ballad pour Adeline. Mamanya meminta saya untuk bermain piano, saya memainkan Ballad pour Adeline tanpa music sheet, kemudia mama anak tersebut terheran-heran, “kamu kok bisa main tanpa partitur?” lalu saya menjawab bahwa saya bisa mendengarkan lagu dan memainkannya.
Singkat cerita orang tuanya bertanya kenapa tidak les, lalu ia menelpon guru saya (dengan Bahasa Tionghoa) dan merekomendasikan saya. Akhirnya dengan sejumlah pertanyaan, guru saya memberikan saya les gratis, karna beliau melihat saya berbakat dan benar benar ingin belajar.
Selama setahun guru saya mempersiapkan saya dan menyarankan untuk masuk universitas musik yang ada di Indonesia dan Singapore, harapannya. Karna terbatas waktu, saya memilih ujian SNMPTN dengan beberapa pilihan jurusan, akhirnya saya lulus di jurusan pendidikan music fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Perjalanan awal kuliah yang sangat sulit awalnya saya hampir menyerah karna belajar musik memang tidak mudah, dosen saya semua sangat support membantu saya berjuang terus menggapai mimpi, hingga akhirnya lulus dengan predicat cum laude dengan beasiswa prestasi penuh, akhirnya impian saya tercapai.
Cita-cita saya belum sampai disini, saya ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi diluar negeri, saya pikir “Sepertinya tidak mungkin, ah, mimpi kamu Ed?!”
Selama 2 tahun saya mencoba segala beasiswa keluar negeri, coba ke Germany, UK, dan Australia. Saya diterima di Queensland University (Master of Music Education with conditional letter) sembari menyiapkan berkas lain, saya optimis dan percaya walau saya ga seperti talent yang lain, tapi saya melakukan apa yang saya bisa sebaik mungkin, dan pada akhirnya saya lulus audisi di College of Chinese and ASEAN Arts Chengdu, China dengan beasiswa penuh, Master of Music in Piano Performance, saya pun memilih kampus ini dengan alasan Tiongkok juga merupakan tempat belajar music yang bagus dengan pianist pianist yang sangat sukses dan ternama, saya juga terinspirasi dari Lang Lang. Wah, berkat yang tak pernah saya pikirkan, dan tak pernah terbayangkan semua jalan dan usaha yang saya lakukan tanpa pertolongan Tuhan dan orang orang yang sangat mendukung, saya tidak mungkin bisa sampai dititik ini tanpa mereka.
Mengikuti kompetisi sebenarnya memotivasi saya untuk belajar lebih baik dan berani tampil. Passion saya semakin terasah dengan mengikuti ajang kompetisi piano di Medan. Saya harus latihan disiplin dan berjam jam, di kampus bahkan saya harus pulang larut malam, dengan persiapan hanya beberapa bulan.
Beberapa kali mengikuti lomba, saya meraih prestasi juara 2 di ajang kompetisi Indonesia Piano Competition tahun 2013 dan 2014 dan Vivo Music Festival, Platinum Award. Saya memang tidak berpikir untuk harus menang, tapi pada intinya saya ingin mendapatkan pengalaman baru, berlomba menunjukkan bahwa saya juga mampu bersaing, menang kalah tidak masalah, tentunya memotivasi saya untuk menjadi lebih baik dengan melihat talent lain.
Untuk lomba kali ini persiapan saya tidak begitu rumit karena saya membawakan lagu yang sudah pernah saya pelajari sebelumnya, dan sebenarnya tidak ada plan jauh hari ikut kompetisi hanya karna saya meminta professor saya untuk merekomendasikan sebuah kompetisi dihari libur kuliah. Bulan 6 lalu saya mengikuti preliminary di Chengdu dan meraih 1st prize lalu qualified ke final 18 Agustus serta meraih kembali 1st prize dengan predikat Pioneer Star pada (youth category).
Kategori di lomba ini ada mulai dari elementary sampai youth. Untuk kali ini peserta mendominasi dari kota kota yang ada di Tiongkok, saya perwakilan dari Sichuan, tentunya saya satu satunya dari Indonesia. Untuk menunjukkan kebanggaan saya sebagai representatif Indonesia, saya memakai baju batik dari Jawa dan batak yang kaya akan identitas tanah air kita.
Perasaan saya begitu tegang, karena saya tidak melakukan latihan selama 2 hari 2 malam berada di perjalanan naik kereta lambat, sedikit lelah dan khawatir. Tapi saya percaya diri dan optimis.
Pada saat itu pemenang diumumkan 1 jam sebelum winner concert, itu rasanya terkejut dan seperti masih tidak yakin, akhirnya saya bergegas dari homestay ke Hall, rehearsal 5 menit. Show must go on! akhirnya saya bisa tampil di Hall utama grand theatre dengan akustik yang sangat bagus dan kapasitas audiens yang besar, serta piano yang sangat elegan, Grand Stainway & Sons untuk kali pertama, membuat saya semakin semangat dan menunjukkan penampilan yang terbaik tentunya.
Dari pengalaman yang saya lalui, tidak ada kata terlambat untuk belajar, belajar musik menyenangkan, “Seperti halnya belajar piano, kamu akan melewati banyak harmony yang terjadi dalam hidup, black and white keys bisa menghasilkan jutaan melodi yang menghiasi perjalanan hidup, yang akan membuatmu lebih indah, baik sedih ataupun senang. Selagi kita mau, giat, semangat, kerja keras dan doa apapun rintangan pasti terlewati. Banyak wadah untuk belajar, beasiswa bertaburan, tinggal dimana kita mau usaha untuk kejar mimpi. Baik itu hobby, passion, dan karir dimasa depan ditentukan dari saat kita memulai, melewati proses yang tidak instant, sabar dan tekun, pasti membuahkan hasil yang baik. Percaya diri akan setiap mimpi mimpi mu, dan berani untuk menang! Harapan saya adalah untuk bisa berkarya, menginspirasi lewat musik, dan berbagi lewat musik!
Terimakasih ku ucapkan kepada keluarga, guru, sahabat, dan setiap pihak yang membantu saya secara finansial. Untuk semua orang-orang yang selalu memberi dukungan.
Terimakasih juga untuk KBRI Beijing dan PPI Tiongkok Chengdu yang selalu menyediakan wadah mengukir prestasi untuk mahasiswa Indonesia yang ada di Tiongkok! Ini untuk kalian ^_^.”
Wow, perjalanan kak Edy sangat inspiratif ya, kawan kawan! Jangan pernah menyerah meraih mimpi, karena nggak ada yang nggak mungkin kalau kamu berusaha. Kesempatan ada dimana mana.
Stay inspired and keep trying, Chengdu-ers!
Tanggal Publikasi:
December 11, 2020
Dilihat:
370 tayangan
Tag:
Prestasi
Membagikan Tautan:
https://ppitchengdu.ppitiongkok.org/edy-panjaitan-mengharumkan-nama-bangsa-dengan-lantunan-piano-nya/